Rabu, 24 Juni 2015

Pengasaman dan Peningkatan Suhu Air Laut Menurunkan Resilience Karang

Pemanasan dan pengasaman air laut sebagai dampak peningkatan konsentrasi CO 2 di atmosfir merupakan salah satu ancaman global terhadap terumbu karang dan di beberapa wilayah di dunia Hal tersebut semakin diperburuk oleh gangguan yang bersifat local seperti penangkapan berlebih dan peningkatan nutrient. 

Para peneliti menganalisis secara kuantitatif bagaimana perbedaan konsentrasi CO2 dan tingkat penangkapan ikan herbivore akan berpengaruh terhadap resilience secara ekologi dan struktur komunitas sederhana, dalam hal ini resilience yang di artikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan recovery dari karang-karang yang mendominasi. 

Para peneliti menggunakan kesatuan model komunitas dinamis dengan pertumbuhan dan respon kematian dari Acropora bercabang dan Fleshy makro alga. Dasar-dasar resilience yang digunakan adalah dengan mengunakan parameter fungsi respon pertumbuhan karang /kalsifikasi dengan pengasaman air laut dan pemanasan air laut, pemutihan karang dan kematian karang akibat pemanasan, pemangsaan alga oleh ikan herbivore dan pertumbuhan makro alga melalui penumpukan nutrient. 

Perubahan atau peningkatan suhu di prediksi akan meningkatkan konsentrasi CO 2. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengasaman air laut yang tinggi dan mengakibatkan penurunan tingkat resilience karang, walaupun intensitas pemangsaan alga oleh herbivore tetap tinggi dan konsentrasi nutrient rendah. Selain itu penangkapan berlebih herbivore mengakibatkan fase pergantian alga-coral menjadi rendah. 

Dari penelitian tersebut disimpulkan beberapa hal diantaranya; Karang menjadi subjek dari penangkapan berlebih dan nitrifikasi yang menjadikan lebih rentan terhadap peningkatan CO 2: pada konsentrasi CO2 di atas 450 - 500 ppm, pengelolaan terhadap ganguan local akan lebih penting untuk menjaga terumbu karang dalam peningkatan dominasi Acropora.

Tidak ada komentar: