Populasi Lumba-Lumba Terancam
PUNDUH PIDADA (Lampost): Populasi lumba-lumba kembali terancam setelah sejumlah kapal nelayan asal Banten melakukan aksi perburuan lumba-lumba di sepanjang pesisir Teluk Pedada hingga ke Teluk Kiluan.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Lampung Post di sejumlah lokasi pesisir Teluk Pedada, Selasa (15-9), menunjukkan jika aktivitas perburuan lumba-lumba masih terlihat. Bahkan, dari kejauhan terlihat aktivitas nelayan sedang mengangkat seekor lumba-lumba.
Dirhamsyah, kelompok masyarakat pengawas setempat, menyebutkan terdapat satu kapal nelayan yang masih sering beroperasi. Yaitu, kapal Jaya Mulya asal Labuhan, Banten. "Sejak hari Minggu (13-9), kapal itu sering terlihat mengitari perairan Teluk Pedada sampai ke Teluk Kiluan. Ada warga kami yang melihat dua ekor lumba-lumba di kapal mereka," kata Dirhamsyah.
Jika dihitung sejak Minggu (13-9) lalu, kata dia, sudah sekitar 10 ekor lumba-lumba yang berhasil diburu kawanan nelayan spesialis pemburu lumba-lumba untuk diekspor tersebut. "Di tengah laut, kami sering melihat darah lumba-lumba," kata dia.
Selain kapal nelayan asal Banten yang masuk melalui Selat Sunda, kapal lain yang juga sering melakukan perburuan dengan modus bom berhulu ledak besar juga dilakukan nelayan asal Gudanglelang, Telukbetung.
Umumnya, para nelayan pemburu spesialis lumba-lumba ini beroperasi di titik-titik populasi lumba-lumba. Seperti di Teluk Pedada, Pulau Hiu, dan Pulau Tungkalit, di sekitar perairan pulau dan Teluk Kiluan.
Populasi lumba-lumba diketahui sangat banyak. Terlebih, pada bulan-bulan seperti saat ini, tingkat populasi semakin tinggi. Karena, lumba-lumba yang dikenal sebagai hewan penjelajah ini berdatangan dari berbagai perairan.
"Ini sedang musim kawin. Jadi, umumnya mereka berkumpul di titik-titik populasi untuk mencari pasangannya," kata Riko Stefanus, aktivis dari LSM Cikal.
Butuh Bantuan
Dirhamsyah juga mengaku sudah berkali-kali meminta bantuan kepada petugas patroli kelautan maupun Marinir setempat untuk mengawasi perburuan lumba-lumba itu. Namun, tidak pernah mendapatkan respons.
"Kami sempat mengejar satu kapal nelayan yang biasa memburu lumba-lumba. Tapi, ketika perahu kami semakin dekat, para nelayan justru mengarahkan senpi rakitan kepada kami untuk menjauh dari kapal mereka," kata dia.
Riko Stefanus dari Cikal berharap petugas patroli maupun dinas terkait segera merespons aksi perburuan yang terus mengancam populasi lumba-lumba di Teluk Lampung ini.
"Dulu, sebelum marak perburuan, populasinya masih membutuhkan banyak perlindungan. Kondisi ini ditambah dengan maraknya perburuan, jumlahnya kian menyusut. Kemungkinan, banyak lumba-lumba yang bermigrasi karena titik populasi lumba-lumba ini pun ada yang dipasang perangkap," kata dia. n SWA/D-3
Sumber: Lampung Post
Minggu, 11 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
gw ngga mau anak cucu kita ngga pernah liat lumba-lumba dan binatang lainnya karena punah... dan hanya liat di gambar....
semoga setiap orang menjadi sadar...
Salam kenal....
Kapan2 maen ke blog gw y...
Lowongan Kerja di update tiap hari (Freelance, Fresh Graduate, Employee) .......KLIK DISINI
Posting Komentar