Minggu, 17 Mei 2009

Kerusakan Karang Mencemaskan

Kompas, Senin, 23 Februari 2009 | 00:45 WIB
Akibat penggunaan bom ikan di sejumlah wilayah, kerusakan koral atau terumbu karang di Indonesia sudah berada dalam kondisi mencemaskan. Padahal, hamparan terumbu karang di Indonesia yang mencapai 60.000 kilometer persegi termasuk yang terluas di dunia.

Untuk memulihkan kembali terumbu karang yang rusak, Pemerintah Australia menegaskan kembali dukungannya membantu Indonesia dalam menyelamatkan terumbu karang melalui program pelatihan rehabilitasi dan pemantauannya.

Dengan melestarikan terumbu karang di kawasan Indonesia, maka secara tak langsung akan terjaga pasokan sumber daya perikanan dan biota laut lain yang bernilai ekonomis. Diketahui kelautan Indonesia menyimpan potensi kemanfaatan yang beragam, terutama sebagai sumber pangan, obat, dan kosmetik.

Hal ini disampaikan Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Indroyono Soesilo, Sabtu (21/2), terkait dengan kehadirannya dalam konferensi ”Indonesia-Australia: Partners in a New Era” di Sydney, Australia.

Menurut Indroyono yang juga mantan Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan, Australia berkepentingan turut menjaga kelestarian ekosistem laut di Indonesia, antara lain karena melihat lokasi laut Nusantara menjadi tempat berpijah ikan tuna yang ditangkap di wilayah perairan Australia.

Dalam upaya pelestarian tersebut, Pemerintah Australia memberikan dukungan teknis tentang cara pengelolaan terumbu karang yang benar seperti yang dilaksanakan di Great Barrier Reef.

Selain Australia, kata Indroyono, perhatian atas penyelamatan terumbu karang Indonesia diberikan Amerika Serikat. Ketika bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyampaikan komitmennya.

Dukungan WOC

Secara terpisah, di Manado, Wakil Ketua Simposium Panitia World Ocean Conference (WOC) Desy Mantiri mengatakan, sekitar 1.500 pakar kelautan negara- negara Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dan Australia menyatakan siap berpartisipasi pada Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado, Sulawesi Utara, pada Mei mendatang.

Desy mengatakan, antusiasme ilmuwan dunia diukur dengan masuknya 610 abstrak dari para ilmuwan ke panitia di Manado dan Jakarta. ”Kemungkinan abstrak mengenai kelautan akan bertambah pada Maret mendatang,” katanya.

Menurut Desy, panitia berupaya agar setiap abstrak mendapat kesempatan dipresentasikan pada pelaksanaan WOC yang dijadwalkan berlangsung lima hari. Panitia telah mengklasifikasi 610 abstrak dalam beberapa bidang simposium untuk dibahas dalam waktu bersamaan.

Sekretaris eksekutif panitia daerah WOC, Noldy Tuerah, mengatakan, persiapan Sulut menjadi tuan rumah WOC dan pertemuan tingkat tinggi enam negara anggota CTI sudah 85 persen.

Tuerah menjelaskan, di Manado terdapat lima gedung konperensi yang telah siap dipakai untuk simposium. Menurut dia, pelaksanaan WOC mendapat dukungan dari Direktur Eksekutif UN Habitat Anna Tibaijuka dan Direktur Eksekutif United Nations Environment Programme Achim Steiner. (YUN/ZAL)


CORAL DAMAGE FEARS

As a result of a number of bombs in many area, coral reefs damaged in Indonesia are already in a condition worrisome. In fact, coral reefs in Indonesia that reached 60,000 square kilometers and one of the most huge area in the world.

To restore the damaged coral reefs, the Australian Government reaffirms support to help save Indonesia's coral reef rehabilitation through training programs and monitoring.

Preserve the coral reef area in Indonesia, then a hint akan awake supply fishery resources and marine biota in the economic value. Indonesia is known maritime power saving potential of a diverse, mainly as a source of food, drugs, and cosmetics.

This was Secretary of the Coordinating Minister for People's Welfare Indroyono Susilo, Saturday (21 / 2), associated with the presence in the conference "India-Australia: Partners in a New Era" in Sydney, Australia.

ccording Indroyono also a former Head of Marine and Fisheries Research Ministry of Marine and Fisheries, Australia stakeholders participated in maintaining the sustainability of ecosystems in the sea, such as the location to see the sea into archipelago where tuna spawn in the area arrested the Australian waters.

In conservation efforts, the Australian Government to provide technical support on the management of coral reefs such as the right which was held in the Great Barrier Reef.

In addition to Australia, said Indroyono, attention on the coral reef rescue Indonesia provided the United States. When meeting with President Susilo Bambang Yudhoyono, Foreign Minister of the United States Hillary Clinton, his commitment.

Supporting of WOC

Separately, in Manado, Vice Chairman of the Symposium Committee of the World Ocean Conference (WOC) Mantiri Desy, said around 1,500 sciencetist from maritime countries of Europe, America, Africa, Asia, Australia and the states ready to participate in the World Maritime Conference (WOC) in Manado, North Sulawesi, in the upcoming May.


Desy said, enthusiasm is measured with the scientists of the world insertion of 610 abstracts from scientists to the committee in Manado and Jakarta. "The likelihood of the oceanic abstract akan future increases in March," he said.

According to Desy, so that the committee working to get the opportunity every abstract presented at the WOC the scheduled execution took place five days. Committee has been classifying abstract 610 in some areas discussed in the symposium for the same time.

Secretary of the executive committee WOC, Noldy Tuerah, said, Sulut preparation to host the WOC and the high-level meeting in six member countries have 85 percent CTI.

Tuerah explain, in Manado conference there are five buildings that have been ready to be used for symposiums. According to him, the implementation of the WOC support from UN Habitat Executive Director Anna Tibaijuka and the Executive Director of the United Nations Environment Program Achim Steiner. (Yun / ZAL)

Tidak ada komentar: