Kamis, 16 Juni 2011
Penemuan Coelacanth Akan Terus Berlanjut
Oleh Agung Dwi Cahyadi | 16-06-2011 | http://ngi.cc/nlK | alam dan lingkungan
Sepanjang 14 tahun terakhir, sebanyak 23 ikan purba Coelacanth telah ditemukan di perairan Indonesia. Jumlah itu bisa jadi terus bertambah seiring upaya pencarian habitatnya yang masih terus berlanjut.
Penemuan Coelacanth di perairan Indonesia itu merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Aquamarine Fukushima, Jepang. Menurut Djoko Hadi Kunarso, peneliti di Pusat Oseanografi LIPI, ikan-ikan itu ditemukan pada kurun waktu yang berbeda-beda dalam tiga survei yang dilakukan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Manado, dan Biak.
Berbeda dengan kerja sama antara LIPI dengan Jepang lainnya yang berakhir tahun 2009, penelitian ikan purba ini masih terus berlangsung. "Kami akan kembali melanjutkan penelitian di wilayah Ambon dan Halmahera bulan Agustus nanti," ungkap Djoko di Widya Graha LIPI (15/6). Oleh karena itu, kemungkinan bertambahnya penemuan Coelacanth masih terbuka.
Djoko pun menambahkan penelitian ini bertujuan untuk memetakan distribusi Coelacanth. Hingga saat ini, baru tiga tempat yang dipastikan sebagai sarang Coelacanth di Indonesia yaitu Buol, Teluk Manado, dan perairan Biak.
Mengingat status konservasi ikan langka ini yang berada pada tingkat kritis, penelitian yang dilakukan pun sifatnya pengujian di lokasi--sampel penelitian tidak dibawa ke permukaan.
Coelacanth adalah ikan purba yang diperkirakan telah punah sejak akhir Zaman Cretaceous, sekitar 65 juta tahun silam. Fosil Coelacanth telah ditemukan beberapa dekade lalu pada lapisan yang berusia 380 hingga 80 juta tahun lalu. Para ahli memperkirakan, masa hidup fosil tersebut bertepatan dengan tiga kali kepunahan massal yang melanda Bumi.
Namun di luar dugaan, ikan purba ini ditemukan pada tahun 1938 di Kepulauan Komoro, Tanzania, Afrika Selatan. Kemudian pada tahun 1997, seekor Coelacanth tertangkap jaring nelayan di perairan Manado, Sulawesi Utara. Pada Mei 2007, seorang nelayan kembali menangkap Coelacanth di lepas pantai Sulawesi Utara sehingga semakin menguatkan belum punahnya ikan ini.
Di dunia, habitat besar Coelacanth ditemukan di Afrika Selatan dan Indonesia, dua tempat yang terpisah sejauh 10 ribu kilometer. Para ahli mengidentifikasi kedua spesies itu sebagai Coelacanth Komoro (Latimeria chalumnae) dan Coelacanth Sulawesi (Latimeria menadoensis). Perbedaan keduanya terletak pada warna tubuh, Coelacanth Komoro berwarna biru baja sedangkan Coelacanth Sulawesi berwarna cokelat.
Sumber: NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA
Langganan:
Postingan (Atom)